24 November 2011

Belajar dari Pensil

Pensil pasti semua tahu benda ini; dipakai untuk menulis, menggambar bahkan dipukul - pukulkan ke kepala agar sebuah ide muncul. Pensil itu menumpuk di sebuah kotak, tertulis sebuah nama yang sudah agak kusam. Hampir sepuluh pensil ia taruh di tempat itu. Dengan sebuah penghapus yang menempel dengan ujung pensil. Si pembuat pensil pun menaruh lima pensil terakhir di kotak itu, pesanannya telah selesai. Seorang ibu dari sebuah kota kecil di sebelah utara desa si pembuat pensil.
Si pembuat pensil mengikatkan kelima belas pensil yang telah dibuatnya dengan sebuah karet. Sebelum ia menaruh pensil - pensil itu ke dalam kotak yang bertuliskan nama tadi, ia mengatakan beberapa hal. Pensil itu pun dikirimnya. Sesampainya di tujuan, pensil itu dibagikan kelima belas anak yatim piatu. Ternyata ibu itu adalah seorang pengurus di panti asuhan.
Lima pensil diberikan ke anak - anak yang masih balita, lima pensil diberikan ke anak - anak remaja, lima pensil diberikan ke anak - anak lainnya. Pensil - pensil itu ditempeli nama mereka masing - masing. Ditusuk dengan cutter, gunting bahkan ada yang menggunakan bara api. Kemudian mereka diraut, ada yang menggunakan rautan kecil, pisau dan cutter. Sampai runcing betul isi pensil itu. Ada pensil yang dengan semangatnya diraut sampai - sampai isi pensil itu jatuh dan hanya kayu tertinggal. Mereka mulai menggoreskan garis demi garis, bentuk yang kurang simetris.
Banyak kesalahan yang dibuat, untung saja itu hanya goresan pensil jadi masih dapat dihapus. Setelah beberapa jam gambar kelima belas anak itu selesai, mereka membuatnya di sebuah kain kanvas berukuran sama dengan pintu yang sering mereka corat - coret. Kain itu dipajang di aula. Si ibu mengajak mereka merenungkan apa yang mereka buat.
"Kalian lihat inilah kehidupan kalian di dunia ini." Serentak anak itu bingung, tanpa ada kata - kata sehingga ruangan itu seperti tidak berpenghuni. "Kain kanvas putih ini adalah hidup kalian, dan kalian adalah pensil yang membuat gambar ini." "Pensil ini hanya benda mati tapi ditangan seseorang pensil ini dapat membuat banyak hal hebat, begitu juga kalian." Anak - anak itu mendengarkan dengan seksama, satu dua anak memejamkan matanya sambil melipat tangan. Ada pula yang mendongak ke langit - langit. "Kalian akan berguna, kalian bisa melakukan hal - hal hebat bahkan menakjubkan tapi itu semua takan terjadi apabila kalian membiarkan dirimu dipegang dalam tangan Tuhan dan kalian mengizinkan orang lain mengaksesmu dengan talenta - talenta yang kalian miliki." "Pensil itu pun takkan berguna sebelum ia diruncingkan dengan pisau, cutter, atau rautan seperti yang kalian lakukan tadi." "Kalian akan melalui proses yang menyakitkan, kalian akan menderita melalui tantangan dan masalah yang kalian hadapi dalam hidup kalian, tapi itulah cara Tuhan untuk menjadikan kalian anak - anak yang hebat karena kalian dapat mengatasi masalah itu." "Bagian paling penting adalah karbon di dalam pensil itu, kalian tidak dapat menulis dengan kayu pada pensil itu." Anak yang tadi kehilangan isi pensilnya hanya menunduk dan mengenggam pensilnya dengan kuat. "Bagian paling penting dalam diri kita, bukan fisik kita tapi apa yang ada di dalam diri kita." "Apabila kalian salah dalam menggoreskan pensil kalian masih bisa menghapusnya, begitu juga kesalahan yang kalian perbuat kalian masih bisa memperbaikinya dengan mengakuinya kepada Tuhan dan mulai berubah." "Yang terakhir dan paling penting adalah..."
Itulah pensil, dan kalian tahu gambar apa yang dibuat anak - anak itu. Mereka menggambar sebuah pohon dengan ranting - ranting yang banyak. Dan di tiap ranting itu mereka menggambar buah yang ditulisi nama mereka. Lalu apa yang si pembuat pensil katakan sebelum mengirim pensil - pensil itu, itulah yang dikatakan si ibu pengurus panti asuhan.
"Apa hal yang terakhir itu, Bu?"
"Oh, ya! ibu malah memikirkan yang lain."
"Hati - Hati dengan jejakmu!"

22 November 2011

My Opinion about Love

Love for me is like a deck of playing cards...
First, you need a HEART to love her.
Second, you need a DIAMOND as the symbol of your love.
Three, you need a SPADE to dig a big hole in her heart so you can keep your love in that hole.
The last, you need a CLUB to smash her if she leave you and give her heart to another...

20 November 2011